Jumat, 06 November 2015

PENALARAN INDUKTIF

Diposting oleh Unknown di 05.59

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“Penalaran Induktif”

 


Nama Dosen : Drs. Budi Santoso, MM


Penyusun : Regina Tya Caterine (27213366)


Kelas : 3EB22




UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI  AKUNTANSI
2015
                 

  

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini bertema tentang “Penalaran Induktif”.
Penulis berharap semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Mudah-mudahan makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca serta lebih mengetahui tentang penalaran induktif.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagi pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Prof E.S. Margianti,SE,MM, Rektor Universitas Gunadarma.
2.      Bapak Ir. Toto Sugiharto, M.sc., Ph.D, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
3.      Bapak Drs. Budi santoso, MM, Dosen Pembimbing Penulisan Makalah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Semoga segala amal kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Penulisan Makalah ini dapat dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.



Bekasi, 02 November 2015



                                                                                                                         Penyusun




DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................  i

DAFTAR ISI ..................................................................................................  ii

BAB I .............................................................................................................  1

PENDAHULUAN ........................................................................................   1

A. Latar Belakang .......................................................................................   1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................  1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................  2

D. Manfaat Penulisan ....................................................................................  2

E. Metode Penelitian .....................................................................................  2

BAB II ...............................................................................................................  3

PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Pengertian Penalaran ................................................................................. 3

B. Pengertian Penalaran Induktif .................................................................... 3

C. Contoh Penalaran secara Induktif .............................................................. 4

D. Bentuk-bentuk penalaran Induktif ................................................................ 4

BAB III .................................................................................................................. 8

PENUTUP ........................................................................................................... 8

Kesimpulan ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9




BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penalaran ?
2.      Apa yang dimaksud dengan penalaran induktif ?
3.      Bagaimana contoh bernalar secara induktif ?
4.      Ada berapa bentuk penalaran induktif ?


C.     Tujuan Penulisan
      1.      Mengetahui definisi Penalaran Induktif.
      2.      Memahami contoh Penalaran Induktif.
      3.      Mampu menjelaskan macam-macam bentuk Penalaran Induktif dan contoh-contohnya

D.    Manfaat  Penulisan


Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut :


1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran induktif.


2. Mahasiswa mengetahui adanya berbagai bentuk penalaran induktif yang sering digunakan


3. Contoh – contoh bentuk dari penalaran induktif


E.     Metode Penelitian
                 Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini, sangat sederhana. Penulis mengumpulkan informasi dengan cara menelaah data dari media internet.
                                                                                                                       

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam pengertian yang lain penalaran adalah suatu proses berfikir untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. Secara umum, logika dapat didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar atau sahih. Yang mana didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam merumuskan kesimpulan.

B. PENGERTIAN PENALARAN INDUKTIF

Induktif merupakan hal yang dari khusus ke umum. Sehingga dapat dikatakan berpikir induktif adalah pola berpikir melalui hal-hal yang dari khusus lalu dihubungkan ke hal-hal yang umum.

Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.

Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga, maka akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut konklusi. Berdasarkan jenisnya, proposisi dapat dibedakan menjadi dua jenis.Yakni proposisi empirik dan proposisi mutlak. Proposisi empirik adalah pernyataan yang dapat diverifikasi secara empirik. Sedangkan Proposisi mutlak adalah proposisi yang jelas dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibuktikan secara empiris. 

C. CONTOH PENALARAN SECARA INDUKTIF 

Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)




D. BENTUK-BENTUK PENALARAN INDUKTIF 


1. Generalisasi 

Generalisasi ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu. 

Contoh: 

Jika dipanaskan, besi memuai. 

Jika dipanaskan, tembaga memuai. 

Jika dipanaskan, emas memuai. 

Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai. 

Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut : 

1) Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh. 

2) Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar. 

3) Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data. 

Contoh generalisasi yang tidak sahih; 

a) Orang garut suka rujak 

b) Makan daging dapat menyebabkan penyakit darah tinggi. 

c) Orang malas akan kehilangan banyak rejeki. 

Macam-macam generalisasi :
  • Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. 
Contoh: sensus penduduk
  •  Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. 

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. 

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. 

2. Analogi 

Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. 

Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis. 

Contoh analogi : 

Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran. 

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut. 

1) Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu. 

2) Analogi dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan. 

3) Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi. 

Jenis-jenis Analogi: 


  • Analogi induktif : 
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan. 

Contoh analogi induktif : 

Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari. 

  • Analogi deklaratif : 
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai. 

Contoh analogi deklaratif : 

deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati. 

3. Hubungan Kausal 

Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai berikut: 

a. Sebab-Akibat 

Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. 

Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang menjadi penyebabnya. 

Contoh : Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor 

b. Akibat-Sebab 

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk dicari penyebabnya. 

Contoh : Kemarin pak maman tidak masuk kantor. Hari inipun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit. 

c. Akibat - Akibat 

Suatu penyebab dapat menyebabkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya, hingga timbul rangkaian beberapa akibat. 

Contoh: Mulai bulan mei 2012, harga beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami kenaikan. Terutama premium dan solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Dikarenakan harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti ikutn naik. Naiknya harga barang akan dirasakan berat oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat. 



BAB III 



PENUTUP 

KESIMPULAN 

Dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam, yaitu penalaran Deduktif dan penalaran Induktif. 

Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik suatu kesimpulan dari fakta- fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum. Dan penalaran induktif mempunyai berbagi bentuk yaitu generalisasi, analogi, dan hubungan kausal. Diharapkan dengan dijelaskan secara rinci tentang penalaran induktif para warga negara Indonesia mampu bernalar sesuai dengan logika yang dipakai. 

Sebagai seorang mahasiswa, kita dianjurkan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran. Karena jika seseorang telah tahu apa yang dimaksud dengan penalaran, baik yang sifatnya deduktif atau induktif, akan mempengaruhi terhadap pola pikir yang ia kembangkan. Baik dalam menghadapi suatu masalah atau untuk menyimpilkan suatu masalah. Maka proses penalaran ini harus kita ketahui, bahkan di pahami dengan sebenar-benarnya. 

 



DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

 

REGINA TYA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea